Senin, 16 Mei 2011

Eco House

Rumah Abdul Majid, menyimpan edukasi akan desain serta teknologi ramah lingkungan.



Kontekstual terhadap lingkungan sekitar dan perwujudan green technology senantiasa mampu menghadirkan desain hunian yang ramah lingkungan.

Ramah lingkungan kini menjadi dua kata yang sangat populer saat menanggapi kondisi bumi yang sedang sakit. Produk dengan label Ramah Lingkungan kerap sudah banyak digandrungi, dampak positif dan nilai edukatif yang terkandung menjadi investasi yang sangat bernilai bagi generasi masa datang. Rumah Abdul Majid, The Eco House, begitulah rumah ini disebut. Hunian yang juga galeri seni ini terletak di Jalan Abdul Majid Raya, Cipete Selatan, Jakarta.

Ibu Sitta Farida Abdullah, pemilik rumah sekaligus owner dari galeri Green Artspace ini mempercayakan Titik Puji Lestari untuk merenovasi rumahnya. Dengan pengaplikasian sistim ramah lingkungan pada Rumah Abdul Majid, diharapkan Eco House mampu memberikan edukasi terhadap siapa saja yang mengunjunginya.

Kontekstual akan lingkungan sekitar adalah konsep bijak yang diusung Titik dalam merancang desain ramah lingkungan. Tentang bagaimana memperlakukan angin, panas matahari, air atau tanah agar senantiasa bisa memberikan manfaat.

Seketika memasuki halaman carport, dedaunan yang berperan sebagai secondary skin pada tampilan eksterior rumah tampak dominan. Hijaunnya daun hadir dari tanaman pot yang disusun berjajar pada rangka kayu. Menurut Titik Puji Lestari, wanita muda jebolan UGM yang merupakan arsitek dari Eco House, ‘Rumah ini menghadap ke arah barat, jadi untuk menanggapi panas matahari sore, secondary skin ini diharapkan mampu meminimalisir panas matahari yang masuk ke dalam rumah’.

‘Reuse’ material bekas yang berarti ‘menggunakan kembali’ material bekas, merupakan salah satu upaya yang dilakukan Titik untuk mencapai konsep ‘green’ pada bangunan. Beberapa material bekas seperti kayu-kayu kusen jendela dan pintu yang lama tidak seutuhnya dibuang, yang lantas digunakan kembali sebagai material penutup lantai –parquet– di area kolam renang. Selain itu, kusen lama ini digunakan sebagai rangka-rangka kayu secondary skin pada tampilan eksterior yang kemudian diisi dengan pot-pot tanaman.

Secondary skin berupa teralis besi di lantai dua merupakan material ‘reuse’ yang sebelumnya digunakan sebagai teralis besi pada jendela-jendela lama. Rambatan dedaunan turut hadir menghiasi tampilan teralis. Green Shading ini tentu sangat mengurangi silau cahaya matahari sore yang masuk ke dalam ruang tidur tamu. Ibu Sitta percaya bahwa kehadiran banyak tanaman merupakan hal yang paling bijak dan ramah lingkungan.

Lubang-lubang biopori juga merupakan upaya bijak untuk membantu peresapan air hujan. Semakin banyak lubang-lubang biopori ini maka akan semakin meningkat kemampuan tanah untuk meresapkan air sehingga memperkecil peluang adanya genangan air pada permukaan tanah, khususnya pada musim hujan. Biopori ini tersebar di taman rumah.

Bangunan yang memang diperuntukan sebagai galeri seni ini, lantas Titik menciptakan layout ruang yang luas dan terbuka. Lukisan seni yang dipamerkan mengisi penuh hampir diseluruh dinding. Galeri Green Artspace yang memang ditujukan untuk mempromosikan karya seni yang menebarkan inspirasi untuk mencintai alam sebagai sikap mencintai kehidupan., lantas banyak karya seni yang menyimpan inspirasi tersebut dan siap menularkan rasa cinta alam bag siapa yang melihatnya.

Beranjak ke area swimming pool, nampak vertical garden yang juga hasil ‘reuse’ genting lama atap rumah, yang kemudian digunakan sebagai pot tanaman. Lantai parquet yang juga material ‘reuse’ dari kusen-kusen jendela lama menambah sederet upaya ramah lingkungan.
Green Technology turut hadir dibeberapa elemen Eco House ini. Sitta mengaku bahwa AC di galerinya ramah lingkungan. 

Hal serupa –Green Technology– juga diterapkan pada kolam renang, Sitta menggunakan penjernih kolam, yang diakuinya lebih ramah lingkungan, teknologi baru yang membuat kolam renang tidak perlu menggunakan bahan-bahan kimia seperti kaporit dan lain-lainnya yang dapat merusak kesehatan.

Panel surya juga turut menyemarakkan penggunaan Green Technology pada Eco House ini. Panel yang terdiri dari sel-sel surya yang kemudian mengubah panas matahari menjadi energi listrik ini mampu membantu mengurangi penggunaan energi lstrik dari PLN.

Beranjak ke lantai dua, dua kamar tidur yang biasa difungsikan Sitta untuk para tamu seniman yang hadir untuk mengadakan pameran di geleri seninya. Furnitur di dalam kamar tamu juga merupakan ‘reuse’ material lama, yang diolah kembali menjadi tempat tidur, meja dan lemari.

Sekali lagi tampilan daun rambat yang merambat pada rangka kayu berperan sebagai green shading. Lantai tanpa keramik dan dinding tanpa cat juga merupakan salah satu konsep ramah lingkungan yang diterapkan Titik di Eco House ini. ‘Adapun beberapa ruang yang dicat, itupun menggunakan cat ramah lingkungan, yang tidak banyak mengandung zat kimia dan berbau menusuk’, jelas Sitta.

Lantai tiga lebih tepatnya hanyalah area hijau yang biasa disebut roof garden. Tapi jelas sekali, keberadaan roof garden memang dirasa pilihan yang bijak untuk mendapatkan ruang hijau pada keterbatasan lahan. Tidak hanya itu, Titik menjelaskan bahwa roof garden sesungguhnya dapat meredam panas matahari, sehingga membuat suhu ruang di bawahnya tidak terlalu panas akibat perambatan panas matahari. Area roof garden di galerinya diakui Sitta kelak sebagai area kumpul dan diskusi area outdoor para anggota komunitas Green Artspace di kemudian hari.
Pada atap rumah, Titik membuat roof ventilation dalam upaya mengkondisikan udara yang baik di dalam loteng, karena jika udara dalam loteng lembab, hal ini tentu saja membuat kayu struktur atap rentan rapuh berkat rayap.

Sepanjang proses kontruksi, Titik berupaya semaksimal mungkin untuk mengaplikasikan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle). Sebijak mungkin memilih material lama yang masih bisa digunakan, dengan begitu diharapkan mampu mengurangi jumlah sampah yang kini menjadi permasalahan serius di Jakarta.

Dalam beberapa kesempatan merancang hunian, Titik memang selalu mencari cara bagaimana hunian bisa menjadi adem? Dan dalam mewujudkannya, Titik selalu merancang bukaan-bukaan jendela yang lebar sehingga angin bisa memerankan fungsinya untuk mengalirkan hawa sejuk ke dalam rumah

original text by eza hafiza awaliyah

2 komentar: